“DUHAI INDAHNYA PEMAKAMAN KAMI” Lika-Liku Perjuangan Pengadaan Lahan Pemakaman di Perumahan Telaga Kahuripan

“DUHAI INDAHNYA PEMAKAMAN KAMI” Lika-Liku Perjuangan Pengadaan Lahan Pemakaman di Perumahan Telaga Kahuripan

Oleh: Dr. Muslich Taman, Lc, Mantan Ketua Takmir & Pemerhati Sosial Keagamaan

indopers.net | Bogor (Jabar) – Pemakaman. Sebuah kata yang barangkali terdengar sunyi, namun menyimpan makna yang dalam dan sakral dalam Islam. Sebab, dalam perspektif Islam, kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan awal dari kehidupan baru yang lebih abadi. Maka, menjaga kehormatan jenazah seorang muslim dengan menguburkannya secara layak pada tempat khusus yang terjaga adalah bagian dari ibadah dan penghormatan terakhir yang tidak bisa diabaikan.

Sejak zaman Rasulullah ﷺ, kaum muslimin telah diajarkan untuk menguburkan jenazah di tempat yang khusus dan terjaga, yaitu lahan pemakaman. Bahkan, para sahabat Nabi pun memuliakan jenazah kaum muslimin dengan menguburkannya di lokasi yang dikhususkan, bukan di sembarang tempat.

Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ menyatakan, boleh saja menguburkan jenazah di dalam rumah, atau di tempat pemakaman umum. Hanya saja, menguburkan di tempat pemakaman umum lebih utama dengan kesepakatan para ulama. Ini karena mengubur jenazah di tempat pemakaman umum merupakan sunnah Nabi SAW, kata beliau. Diriwayatkan bahwa Nabi senantiasa menguburkan jenazah para sahabat di tempat pemakaman umum, yaitu Pemakaman Baqi. Selain itu, jenazah yang dikuburkan di tempat pemakaman umum akan sering mendapatkan doa kaum muslimin yang berziarah dibanding yang dikubur di halaman rumah sendiri, tegas beliau.

Dari sinilah lahir kebiasaan baik, yakni menyediakan lahan pemakaman sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan keimanan. Lebih-lebih, bagi warga komplek perumahan. Yang pada umumnya lahan dan perkarangan mereka terbatas. Karena itu, keberadaan tempat pemakaman bukanlah urusan sepele —ia adalah kebutuhan sangat penting bagi umat Islam.

Sayangnya, hal ini sempat menjadi keresahan kami, umat Islam yang tinggal di Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor. Bahkan, hingga saat ini. Perumahan yang konon memiliki luas lahan total mencapai 750 hektar ini —dengan segala keasrian dan keindahan alamnya –ternyata tidak menyediakan lahan khusus pemakaman untuk warganya. Sebuah ironi yang mengejutkan dan cukup menyedihkan. Bagaimana mungkin kawasan perumahan sebesar ini, dengan segala fasilitas yang megah, justru mengabaikan kebutuhan sangat mendasar bagi penghuninya, khususnya bagi umat Islam: yakni tempat peristirahatan sementara, sebelum dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti.

Kami pun sempat bertanya-tanya. Apakah benar pengembang tidak menyediakan? Ataukah menyediakan, tetapi ada misteri yang kami belum ketahui? Namun faktanya, hingga saat ini kami senagai warga perumahan tersebut tidak memiliki tanah makam, kecuali tanah makam wakaf hasil gotong royong dari warga muslim sendiri. Sebagaimana masjid megah yang ada di perumahan ini, yakni Masjid Raya Telaga Kahuripan (MRTK), juga hasil gotong royong warga sendiri, khususnya umat Islam.

Dari Keresahan Menjadi Semangat Perjuangan.
Alih-alih larut dalam kekecewaan, kami sebagai warga muslim Telaga Kahuripan justeru akhirnya tertantang. Dipelopori para tokoh agama, mereka memilih untuk bangkit. Mereka bersatu, bermusyawarah, bergotong royong, dan bersepakat membeli lahan sendiri sebagai tempat pemakaman. Maka, sekitar akhir tahun 2004, dengan semangat jihad fi sabilillah, mereka berhasil membeli sebidang tanah seluas 1.013 meter persegi di luar kawasan perumahan, namun lokasinya tidak jauh. Pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil selama dua tahun, hingga lunas pada tahun 2006. Lahan yang dibeli hasil iuran bersama tersebut kemudian diwakafkan untuk kepentingan pemakaman umat Islam, khususnya warga Cluster Candraloka.

Namun, perjuangan belum berakhir. Sebab, kebutuhan lahan makam tak hanya untuk satu cluster, tetapi untuk seluruh warga muslim yang tersebar di berbagai cluster Perumahan Telaga Kahuripan.

Maka, masih saja ada keresahan dan kegelisahan, khususnya ketika ada warga muslim di luar Cluster Candraloka wafat. Untuk mereka yang memiliki kemampuan ekonomi, memang tidak ada masalah. Mereka telah membeli lahan makam pribadi. Namun, tidak semua warga memiliki kemampuan seperti itu. Kami pun kembali bermusyawarah untuk melakukan upaya pengembangan lahan makam. Berusaha mencari solusi atas keadaan yang ada. Mencari lahan baru, survei tanah kesana kemari, bertanya para pemilik tanah yang hendak dijual, dan mencoba menggalang donasi dari umat. Namun, semua itu belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Cahaya Harapan dari Seorang Dermawan.
Hingga akhirnya, Allah bukakan jalan. Seorang dermawan, —warga muslim Cluster BIP, H. Baskoro namanya— dengan penuh keikhlasan mewakafkan tanah miliknya seluas 2.050 meter persegi yang berada di Ds. Kahrikil Kec. Ciseeng Bogor untuk dijadikan lahan makam bagi seluruh umat Islam yang tinggal di Perumahan Telaga Kahuripan. Alhamdulillah, kegembiraan dan rasa syukur menyelimuti hati kami. Sebuah capaian yang sangat berarti.

Namun kembali, perjuangan belum selesai. Justeru tantangan baru ada di depan mata. Pasalnya, lokasi tanah makam yang diwakafkan tersebut berada di belakang tanah empang dan tidak memiliki akses jalan kendaraan, termasuk untuk ambulan. Maka, di sinilah muncul tugas baru: yaitu mengupayakan adanya akses jalan kendaraan menuju makam.

Kami pun kembali bergerak dan saling menguatkan. Meski tak jarang kadang merasa lelah dan seakan nyaris putus asa. Tetapi, kami terus bergerak bersama. Sering bertemu di masjid dan shalat berjamaah bersama.

Hingga kami pun kembali bersepakat, untuk membeli lahan, dengan luas 5 meter, panjang sekitar 120 meter, untuk akses jalan kendaraan mobil menuju lokasi pemakaman. Total biaya untuk beli lahan, ditambah dengan biaya rencana pemasangan pagar keliling, pengerasan jalan, dll. membutuhkan total biaya sebesar Rp. 295 juta. Inilah babak perjuangan baru. Yang luar biasa butuh stamina dan kekuatan kayakinan. Babak baru yang sedang kami jalani hingga saat saya membuat tulisan ini.

Alhamdulillah sangat terbantu, ada jamaah yang rela menjadi donatur untuk menalangi seluruh kebutuhan dana yang kami perlukan, termasuk untuk melunasi harga tanah yang kami bebaskan. Tetapi, bagaimanapun kami tetap harus berjuang menggalang dana pengembaliannya. Dan itulah fase perjuangan kami selaku tim panitia hingga hari ini.

Kami yakin, Allah Mahakaya dan Mahakuasa tak akan menelantarkan setiap langkah kebaikan dari hamba-Nya yang sungguh-sungguh ingin menuju kepada-Nya. Kami terus mengetuk hati para dermawan untuk kembali berbagi demi kemaslahatan umat ini. Menyukseskan proyek akhirat, sekaligus menyiapkan bekal diri untuk mudik jika sewaktu-wakti dipanggil menemui-Nya nanti. Keluarga akan kita tinggal, begitu juga rumah, harta, dan jabatan. Namun amal shalih berupa sedekah jariyah inilah yang akan kita bawa dan membahagiakan kita di sisi-Nya.

Janji Kepala Desa yang Kami Tunggu.
Di tengah perjuangan ini, ada satu kenangan yang tak kami lupakan. Dan mungkin tak akan bisa kami lupakan. Yaitu janji seorang calon kepala desa yang dulu dalam kampanye selepas pengajian subuh di masjid kami, berkomitmen jika terpilih sebagai kepala desa dia akan mengadakan lahan makam untuk warga muslim yang tinggal di perumahan. Karena hal itu di antara yang menjadi keresahan warga selama ini, katanya. Singkat cerita, kami pun tertarik dengan janji itu dan siap turut menyukseskan keinginannya. Dan alhamdulillah, berkat izin Allah sang calon berhasil menjadi kepala desa. Namun sayang, waktu sudah jauh berjalan, hingga detik ini janji itu belum diwujudkan.

Kami pun tidak ingin dibilang mengada-ngada. Kami hanya ingin mengingatkan saja, barangkali beliau lupa. Dan kami sudah beberapa kali mengingatkan. Bahkan, untuk menghindari prasangkapun, kami meminta kesaksian dari para tokoh agama dan jamaah yang hadir kala itu. Hampir semua sepakat: mereka mendengar janji itu dengan jelas disampaikan. Bahkan, tidak hanya di satu tempat, kata mereka.

Kami yakin, menepati janji adalah amanah. Kami hanya berharap, semoga janji itu bisa ditepati di dunia, sebelum Allah sendiri yang menagihnya di akhirat kelak. Semoga Allah memudahkan jalan pak kades dalam mengemban amanah yang dititipkan, dan semoga sukses serta berkah melimpah. Amin.

Akhir kata, kami selaku tim panitia senantiada panjatkan doa dari hati yang tulus untuk para dermawan dan wakif yang telah menyerahkan sebagian hartanya untuk kepentingan umat, termasuk dalam program pengadaan tanah makam. Semoga Allah membalas dengan pahala dan kebaikan yang tidak terputus, menjadi sedekah jariyah yang terus mengalirkan pahala hingga hari kiamat. Begitu juga untuk seluruh panitia, pengurus masjid, dan relawan yang telah memeras daya upaya, mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu mereka. Semoga Allah memuliakan mereka di dunia dan akhirat.

Para pendahulu kami yang telah lebih dulu memberi teladan dalam berjuang yang kini telah berpulang, kami yakin mereka semua tersenyum bahagia melihat hasil perjuangannya. Mereka mungkin ingin mengatakan kepada kita yang masih hidup, “Semua akan sia-sia, kecuali apa yang engkau berikan di jalan-Nya.”

Sungguh indah pemakaman kami, bukan karena asri atau megahnya, tetapi karena ia dibangun atas dasar iman, kasih sayang, dan semangat perjuangan bersama. (Sopian A)

 145 total views,  145 views today

indopers.net

Menyampaikan Kebenaran Yang Jujur Untuk Keadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!