Jaksa Agung Bakal Umumkan Tersangka Baru Kasus Korupsi Garuda
indopers.net, Jakarta – Sanitiar Burhanuddin Jaksa Agung bakal mengumumkan tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat oleh PT Garuda Indonesia tahun 2011-2021 pada Senin (27/6/2022).
Informasi itu diperoleh dari pengumuman resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (25/6/2022), terkait agenda konferensi pers yang akan disampaikan Pusat Penerangan Hukum (Puspenkum) Kejaksaan Agung.
“Kami mengundang rekan-rekan media/wartawan sekalian untuk menghadiri konferensi pers, dengan topik utama yaitu penetapan tersangka dalam perkara PT Garuda Indonesia,” demikian informasi dari Puspenkum Kejagung.
Informasi yang dibagikan Puspenkum Kejagung lewat pesan singkat itu juga menginformasikan bahwa Sanitiar Burhanuddin Jaksa Agung, Erick Thohir Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Muhammad Yusuf Ateh Ketua Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Adapun konferensi pers itu dijadwalkan berlangsung di Lobby Utama Gedung Kartika Kejaksaan Agung, Senin, pukul 12.30 WIB.
Sementara itu, Supardi Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), saat dikonfirmasi terkait tersangka baru yang bakal ditetapkan tersebut, hanya menjawab singkat.
“Rahasia,” kata Supardi.
Penyidik telah mengumumkan tiga tersangka dalam perkara pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat ATR72-600 oleh PT Garuda Indonesia, yakni Agus Wahjudo selaku Executive Project Manager Aircraft Delivery Garuda Indonesia periode 2009-2014, Setijo Awibowo Vice President Strategic Management Office Garuda Indonesia periode 2011-2012, dan Albert Burhan Vice President Treasury Management Garuda Indonesia periode 2005-2012.
Sebelumnya, Selasa (21/6/2022), Penyidik Jampidsus telah menyerahkan berkas ketiga tersangka dan barang bukti kepada jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Pusat.
Ketut Sumedana Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung menjelaskan tahap perencanaan dan tahap evaluasi proses pengadaan pesawat di PT Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Prosedur Pengelolaan Armada (PPA).
Dalam tahap perencanaan yang dilakukan tersangka Setijo Awibowo, tidak terdapat laporan analisis pasar, rencana rute, analisis kebutuhan pesawat, serta rekomendasi dan persetujuan jajaran direksi.
Para tersangka bersama Emirsyah Satar, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia, dan Hadinoto Soedigno selaku Direktur Teknik mengevaluasi dan menetapkan pemenang pengadaan pesawat Bombardier CRJ-1000 secara tidak transparan, tidak konsisten, dan tidak akuntabel.
Akibat proses pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat ATR 72-600, yang dilakukan tidak sesuai dengan prinsip PPÀ, prinsip pengadaan BUMN, dan business judgment rule, mengakibatkan pesawat selalu mengalami kerugian saat dioperasikan; sehingga menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp8,8 triliun.
(udn)
218 total views, 1 views today