Nasib Dua Bersaudara di Kabupaten Tangerang Tinggal Di Gubuk Nyaris Roboh, Hanya Bisa Pasrah.

Nasib Dua Bersaudara di Kabupaten Tangerang Tinggal Di Gubuk Nyaris Roboh, Hanya Bisa Pasrah.

indopers.net, TANGERANG

Sungguh miris nasib yang dialami dua bersaudara Rahmat (38) dan Yadi (36). Warga Kp. Sikluk RT 003/001 Desa Bojong Kamal, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, tak bisa menikmati hidup dengan nyaman dan aman.

Setiap malam datang, keduanya hanya bisa pasrah tidur di gubuk berlantai tanah bealaskan tikar dengan dinding bilik bambu yang sudah ditopang tiang-tiang bambu dari kanan dan kiri karena nyaris roboh. Tak hanya keamanan, keselamatan keduanya juga terancam lantaran sewaktu-waktu gubuk bisa roboh dan menimpa keduanya.

Kondisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun, lantaran kedua kakak beradik ini sulit mendapatkan pekerjaan alias pengangguran. Meski pernah bekerja di berapa pabrik di lingkungan sekitar, namun sebagai tenaga kontrak ia harus rela diberhentikan kapan saja tanpa pesangon.

“Saya pernah bekerja di PT Jinhu, tapi karena habis kontrak ya sudah diputus begitu saja. Setelah itu saya sulit mencari kerja,” ujar Rahmat kepada Jumat (14/8/2021).

Menurut Rahmat rumah gubug yang dibangun orang tuanya yakni Murdaya (almarhum) belum pernah diperbaiki sejak dirinya kecil lantaran kendala ekonomi. Ia kini hanya bergantung hidup dari belas kasihan para tengangga dan keluarga terdekat saja.

Kini ia hanya berharap bantuan dari para dermawan untuk memperbaiki rumahnya yang tidak layak huni ini. Jika tidak segera diperbaiki ia khawatir akan amrbuk saat angin kencang atau banjir bandang yang melandang lingkungan sekitar.

“Kemarin saja saya ngungsi ke rumah saudara karena rumahnya terendam banjir. Untuk bantuan sampai sekarang belum ada,” tuturnya.

Ironisnya lagi menurut Rahmat, bantuan pemeirntah baik dari PKH maupun bantuan Covid-19 dirinya tidak dapat menikmati. Sebelumnya ia mendapatkan bantuan sembako dari BPNT berupa beras, telor dan ayam. Namun belakangan ini juga tak kunjung turun entah apa alasannya.

“Saya punya kartu merah putih bertuliskan Kartu Indonesia Sejahtera, tapi bantuanya tidak ada. Baru sembako saja yang saya dapat, tapi bealakangan gak turun. Denger-denger sih karena harus divaksin dulu,” imbuhnya.

Salah satu tokoh masyarakat Kp Sikluk Tata mengatakan, sebenarnya rumah milik Rahmat ini pernah diajukan program bedah Rumah Swadaya dari Kementerian PUPR beberapa tahun lalu. Namun karena kendala ekonomi, akhirnya bantuan dipindahkan ke warga lainya.

“Inimah harus benar-benar dibantu dari 0, soalnya kalau masuk program swadaya Rahmat sendiri tidak punya uang untuk tambah biaya swadaya. Saya berharap ada bantuan lain yang bisa membangun rumahnya secara full,” terang pria yang akbran disapa Denok ini.

Menurut Tata, memang di Kampung Sikluk sendiri masih ada beberapa rumah warga yang tidak layak huni. Untuk itu dibutuhkan kepedulian dari para dermawan, mapun dari para anggota legislatif serta eksekutif untuk membantu program bedah rumah.  

“Mudah-mudahan ada yang peduli untuk membantu bedah rumah warga kurang mampu di kampung kami ini,” tandasnya.

(sopian A)

 361 total views,  1 views today

indopers.net

Menyampaikan Kebenaran Yang Jujur Untuk Keadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!